Responsible Care Indonesia (RCI) telah melewati tahun perak atau silver anniversary pada tahun 2022 dan telah diperingati secara sederhana pada Annual General Meeting (AGM) 2022 yang lalu.

Selain itu, RCI telah memberi pengalaman berharga bagi perusahaan anggotanya, khususnya melalui “Best Practice Sharing” nilai-nilai Responsible Care yang diwujudkan melalui implementasi Responsible Care Code Management Practice dengan mengacu pada Guiding Principle dan Responsible Care Global Charter.

Untuk diketahui bahwa RCI memiliki Functional Group yaitu Committee/FG – Environmental & Sustainability Affairs (ESA) yang di bawah Ketua bidang, Hanggara di mana semua kegiatannya terkait efisiensi energi dan program menuju industri hijau.

“Pada kegiatan ini dilakukan sharing best practice dari Pupuk Kaltim yang telah menerapkan efisiensi energi dengan menerapkan rencana kerja strategis menuju Indonesia net zero emission 2060 di mana diharapkan semua member lain dapat melakukan hal yang serupa,” ujar Hanggara.

Muhammad Setyabudhi Zuber sebagai Senior Director of RCI memberikan pandangan peranan RCI untuk member RCI dan lebih luasnya untuk industri kimia di Indonesia.

“Kegiatan hari ini di hadiri lebih dari 100 industri baik manufaktur maupun transporter yang menjadi member RCI,” kata Muhammad Setyabudhi Zuber.

Pada kesempatan yang sama Direktur Kimia Hulu, Dirjen IKFT, Kementerian Perindustrian, Putu Nadiastuti menyampaikan pentingnya peranan asosiasi industri seperti RCI dalam mendukung program kerja pemerintah khususnya untuk menjamin keamanan dan keselamatan bahan kimia.

Sementara Chairman Responsabile Care Indonesia, Edi Rivai menyampaikan rekan-rekan dari perusahaan anggota RCI dan industri kimia Indonesia pada umumnya, untuk bersama-sama memikirkan agar RCI lebih memiliki makna dan nilai luhur tersebut kepada industri kimia dan industri penunjangnya di Indonesia.

“Melalui implementasi Responsible Care, mari kita terus upayakan peningkatan performa, kinerja kita untuk dapat memberikan kontribusi yang tidak kecil buat bangsa dan negara kita tercinta, Indonesia,” kata Edi.

Keberadaan organisasi Responsible Care di Indonesia sebagai mitra pemerintah dan juga bagian dari Organisasi Responsible Care Global cukup memiliki peran strategis.

Edi menjelaskan hampir pada setiap AGM, kami sampaikan bahwa di antara ratusan atau mungkin ribuan industri kimia (hulu dan hilir) saat ini kurang dari 10 persen yang menerapkan Responsible Care.

“Dalam hal ini tentunya kami juga ingin mendapat dorongan dan dukungan yang lebih dari pemerintah (Kementerian Perindustrian dan kementerian terkait) untuk mengajak perusahaan bergabung dengan RCI dan melalui asosiasi industri kimia juga,” jelasnya.

Tantangan lainnya, lanjut Edi, partisipasi aktif perusahaan masih sangat perlu ditingkatkan. Sampai saat ini hanya sekitar 25 persen perusahaan yang berpartisipasi menyampaikan laporan KPI dan siap dilakukan verifikasi Responsible Care.

“Tentu kita semua berharap, hendaknya tahun 2024 dan seterusnya, perusahaan industri manufaktur (full member) maupun Associate Member termasuk perusahaan Logistic Provider terutama yang sudah tiga tahun menjadi anggota RCI, agar dapat secara disiplin menyampaikan laporan Key Performance Indicator (KPI), Self-Assesment atas Responsible Care Code Management Practice dan siap mengikuti program verifikasi,” tuturnya.

Oleh karena itu, RCI berharap industri manufaktur atau produsen kimia mengajak transporternya atau supply-chain atau industri penunjangnya untuk menerapkan program Responsible Care.

“Kami sampaikan terima kasih yang tulus. Tanpa kerja sama dan dukungan bapak, ibu, saudara dan rekan-rekan semua, tentu tidak mungkin kepengurusan ini dapat berlangsung dengan baik,” pungkasnya.

Sumber : Suaramerdeka.com